top of page
Gambar penulisBrian Christiansen

Jangan Ubah Logo Sembarangan, Kecuali Jika 3 Hal Ini Terjadi

Banyak perusahaan yang gagal memahami bahwa logo merupakan simbol hubungan antara merek dan pelanggan. Sederhananya logo merupakan jalan pintas yang membuat pelanggan merasa nyaman dalam membeli sesuatu, karena mereka tahu apa yang mereka dapatkan. Oleh sebab itu,jangan ubah logo sembarangan dan harus dilakukan secara hati-hati. Apalagi jika logo yang ada sudah dipakai dalam waktu panjang dan konsumen sudah menghafalnya.

Ilmuwan saraf di Baylor College of Medicine di Amerika Serikat (AS) melakukan sebuah penelitian terkait pengaruh merek produk terhadap respon orang-orang. Dalam penelitian tersebut para sukarelawan diminta meminum sampel cola tanpa menunjukkan mereknya, dan hasilnya tak ada preferensi. Preferensi adalah kecenderungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang lain. Namun, saat ditunjukkan logo Coca-Cola, otak mereka menunjukkan preferensi, terlepas dari cola yang mereka minum.

Atas penelitian tersebut, ilmuwan menyimpulkan bahwa otak mengambil jalan pintas, ketika memproses informasi. Semakin seseorang mengenali simbol yang membuatnya nyaman, seperti logo merek produk pilihan maka semakin cepat seseorang membuat keputusan dengan sedikit kecemasan. Inilah mengapa pelanggan yang paling setia terhadap sebuah merek, sering kali menjadi yang paling kecewa saat perusahaan mengubah logo mereka.

Berdasarkan penelitian di atas, logo memang bisa mempengaruhi pikiran konsumen. Meski begitu, bukan berarti sebuah perusahaan tak boleh mengubah logo mereka. Namun, jika ingin mengubahnya harus ada alasan yang mendasar. Berikut adalah sejumlah hal yang bisa dijadikan alasan, mengapa sebuah perusahaan dianjurkan untuk mengubah logo mereka.

3 Alasan Kenapa Jangan Ubah Logo Sembarangan

  1. Image perusahaan yang rusak

Bagi perusahaan yang image-nya sudah rusak, mengubah logo atau mengganti nama merupakan salah satu langkah tepat untuk memperbaiki citra yang buruk di mata konsumen. Hal tersebut bisa membuat konsumen dengan mudah melupakan masa lalu yang buruk. Misalnya, setelah ValueJet mengalami kecelakaan di Florida Everglades, AS. Pihak maskapai memutuskan untuk mengubah namanya menjadi AirTran. Itu dilakukan agar masyarakat tak lagi dibayangi dengan peristiwa kecelakaan yang memakan ratusan korban jiwa.


Jangan ubah logo sembarangan, kecuali jika 3 hal ini terjadi


Perubahan Logo ValueJet Jadi AirTran (AirTran – ValueJet)

  1. Perusahaan telah berubah secara fundamental

Jika bisnis telah bergeser arah, logo tersebut mungkin tidak lagi menampilkan citra yang tepat. Makanya harus disesuaikan mengikuti perkembangan bisnis. Bisa dilihat bahwa Nokia dulunya adalah sebuah pabrik kertas yang telah ada pada 1865 dan terletak di sepanjang sungai Nokia. Lalu, saat memperkenalkan ponsel pertama pada 1984 dan bisnis mulai berkembang, perusahaan mengganti logo jadi lebih relevan dengan produk.

Perubahan Logo Nokia (Nokia)

  1. Logo memiliki masalah reproduktifitas

Logo Apple awalnya multi warna, tapi malah tampak mengerikan saat diaplikasikan ke beberapa produk. Selain itu, target audiens Apple juga berubah di akhir tahun 70-an dan awal tahun 80-an. Pada masa itu mereka banyak menjual komputer terutama ke pasar pendidikan. Jadi logo Apple pun berkembang menjadi satu warna, tak lagi multi warna untuk mengatasi masalah reproduktifitas, sekaligus menyesuaikan target market.


Jangan ubah logo sembarangan, kecuali jika 3 hal ini terjadi


Perubahan Logo Apple (Apple)

8 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page